THE 2-MINUTE RULE FOR DONASI

The 2-Minute Rule for Donasi

The 2-Minute Rule for Donasi

Blog Article

Tetapi saya sendiri belum puas melihat hal ini. Saya ingin mengutus lebih banyak lagi. Saya telah berdoa pada Tuhan: "Oh ... Tuhan, kalau Engkau mengizinkan saya hidup dan jika Tuhan berkenan, saya ingin mengutus lima ratus orang utusan Injil yang akan bekerja di berbagai negara di seluruh dunia." Jemaat saya harus mendukung tugas penginjilan ini.

Saya ingin mengatakan suatu hal yang mungkin agak mengejutkan Anda. Pernah pada suatu masa, Injil telah menjangkau wilayah Afrika Utara. Beratus-ratus jemaat Tuhan bertumbuh di sana, beberapa ahli teologi yang ternama pada abad-abad awal juga berasal dari sana. Tetapi apa yang selanjutnya terjadi? Bukankah seluruh Afrika menjadi negara Islam? Tidak ada lagi tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kekristenan pernah ada di sana. Sinar terang pelita jemaat Tuhan berangsur-angsur menjadi suram, dan akhirnya menjadi padam. Mengapa hal ini bisa terjadi? Saat itu pemimpin-pemimpin jemaat dan ahli-ahli teologi sedang berselisih pendapat tentang doktrin gereja, sehingga mereka tidak lagi memikirkan penginjilan, melainkan terus berdebat.

Dua kali dalam Kitab Suci "saudara sepupu" Allah dirujuk sebagai "Yang Kudus". Arti nama ini dalam "agama sepupu" tidak jelas. Mungkin saja nama ini diambil dari Yudaisme untuk menandakan keagungan dan kemuliaan Allah. Kata bahasa Arab untuk "roh" terikat erat dengan arti dari "angin". Seperti angin yang datang dan pergi ke mana pun dia mau dan tidak bisa dilihat, demikian juga roh tak terpahami. Dalam "agama sepupu", "Roh Kudus" dipahami sebagai suatu roh ciptaan yang setara dengan para malaikat dan setan, yang semuanya diciptakan Allah dari ketiadaan. "Kitab Suci sepupu" tidak mengenal suatu pewahyuan bahwa "Allah adalah Roh" atau "Roh Allah". Tidak seorang pun dapat memahami apa dan siapakah Allah yang sebenarnya. Dalam "agama sepupu", "Roh Kudus" dipahami sebagai Malaikat Gabriel yang diutus oleh Allah pada Zakaria, Maria, dan "nabi sepupu" untuk menyampaikan pesan-pesan khusus pada mereka (Surah 19:seventeen). Perjanjian Baru menyingkapkan untuk kita bahwa kesalehan mendalam di "agama sepupu", yang terwujud dalam doa-doa, puasa, dan penziarahan, amat jauh berbeda dari pengudusan karena kelahiran baru. Perkataan Yesus menyerupai sebilah pedang yang memisahkan kesalehan palsu dari realitas penebusan. Hanya "barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yohanes 3:36). "Saudara sepupu" mendapatkan gambaran sekilas akan kuasa Roh Kudus dalam hubungan-Nya dengan mukjizat-mukjizat Kristus, namun kuasa dan anugerah-Nya masih tersembunyi untuk mereka. Dalam kebudayaan "agama sepupu", tidak dijumpai buah Roh Kudus. Buah kedagingan memerintah di sana (Galatia five:19-26). Kita mengakui bahwa keramahan Arab mempermalukan orang-orang Barat. Kesopanan, kepekaan, sopan santun yang halus mereka sangatlah menarik bagi setiap pendatang. Siapa pun yang tinggal di Timur Tengah untuk waktu yang lama, tahu bahwa kebaikan-kebaikan ini sering ditampilkan secara tidak sadar untuk membangun penghargaan atas klan mereka sendiri, atau dipengaruhi oleh sebuah usaha untuk mendapat pembenaran karena perbuatan. "Agama sepupu" adalah sebuah agama yang dapat menimbulkan sebuah kehidupan yang seluruhnya dikontrol dan dicontohkan oleh religi pengikutnya. Namun, setiap esensi dan karakter individu tidak membarui. Setelah ketaatannya kepada Allah, "saudara sepupu" secara umum dapat menjadi sama dengan sebelumnya. Jika dia telah menikahi banyak perempuan, perpindahannya ke "agama sepupu" bukanlah masalah karena dalam "agama sepupu" poligami dilegalkan oleh Allah. "Agama sepupu" adalah agama yang menyenangkan untuk para laki-laki. Juga, jika pencurian dan tindak kriminal jarang terjadi di "negara-negara sepupu" daripada di negara-negara barat, hal itu bukanlah karena kepribadian "saudara sepupu" yang lebih baik, namun karena ketakutan mendalam akan hukuman yang mengerikan.

وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ

“Perumpamaan orang -orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh seratus biji.

Dakwah.ID adalah situs on the net yang menyajikan berbagai macam kajian Islam dan solusi syariah terhadap permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi di tengah masyarakat muslim Indonesia.

Ketika sikap saling berbuat baik kepada sesama telah mentradisi dan menjadi iklim yang kokoh dalam sebuah masyarakat, maka terciptalah persatuan dan kesatuan atas dasar iman dan kasih sayang. Inilah keutamaan sedekah.

eleven Maret 2021

Sekali lagi, tentang masalah pencurian dalam ranah lintas budaya, perintah "tidak boleh mencuri" sebagai suatu moral yang mutlak dan kebenaran yang dikomunikasikan dalam budaya, diwujudkan di Amerika Utara.

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

إِنَّ ظِلَّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ

Keputusan untuk menghabiskan masa tua di panti jompo merupakan pikiran yang jarang terlintas di pikiran kebanyakan orang. Lantaran panti jompo masih identik dengan stigma tempat perlindungan lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau tidak memiliki keluarga yang dapat merawat mereka. 

Relativisme budaya mengizinkan anggota masyarakat untuk mengalami hal-hal yang mutlak dan mengetahui makna hidup mereka sesungguhnya. Masalah pencurian di Amerika Tengah yang multibudaya, misalnya, setiap orang di sana mengerti suatu hal yang mutlak, "Tidak boleh mencuri." Setiap orang di sana mengerti, mengiyakan, dan mempraktikkan hal-hal yang mutlak dalam aturan dan norma masyarakat, memenuhi tanggung jawabnya sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Ikrimah meriwayatkan hadits, bahwa Rasul observed menuturkan: "Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma. Sebab sesungguhnya nilai sedekah itu sudah mencukupi kebutuhan bagi orang yang more info tengah menderita kelaparan, dan menghilangkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR Ibnu al-Mubarak)

Report this page